Inilah salah satu jenis beladiri yang lekat dengan dakwah Islam. Meskipun berasal dari negeri yang bukan merupakan pusat penyebaran agama Islam, namun dalam perkembangannya tata cara latihan dan pemilihan materi pelajarannya sangat dipengaruhi oleh aqidah Islam. Konon, pernah di suatu masa, orang yang boleh mempelajari beladiri ini harus hafal Al Quran dan minimal seribu hadits.
Nama beladiri ini diambil dari nama daerah di Negeri Turkistan Timur bernama Thifan atau Turfan yang kemudian diganti namanya menjadi Sin Kiang (Xin Jiang), suatu daerah otonomi yang termasuk dalam wilayah Cina Utara. Dakwah Islam mulai disebarkan di Turkistan kira-kira pada dua abad setelah Hijriah, sebagaimana tertulis dalam Kitab Zhodam "Maka tatkala sampailah dua abad lepas hijrah orang-orang sempadan tanah Cina arah utara itu masuk Islam. Lalu ilmu pembelaan diri masa mereka memeluk Budha itu dibawanya pula dalam alam Islam, tetapi ditinggalkannya segala upacara yang bersangkut-paut dengan keBudhaannya seumpama segala penyembahan, cara bersalam dengan mengatupkan kedua belah tangan, lambang-lambang, dan segala istilah." (Zhodam, Telif Syiharani, halaman9).
Sejarah beladiri ini dapat diketahui dari kitab-kitab yang menjadi pedoman intern keluarga besar Thifan Pokhan, yaitu Kitab Zhodam yang berisi sejarah atau riwayat dan Kitab Thifan Pokhan sendiri yang memuat teknik-teknik beladiri. Keduanya diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu pada tahun 1920 dari bahasa aslinya, Urwun. Menurut M. Rafiq Khan dalam bukunya "Islam di Tiongkok", orang Muslim pertama yang datang ke Tiongkok terjadi pada zaman pemerintahan Tai Tsung (627-650 Masehi), seorang kaisar kedua dari Dinasti T'ang. Dituliskan pula bahwa selama pemerintahan Tai Chong (kaisar kedua dari Dinasti Tsung tahun 960-1279 Masehi) Tiongkok diserbu oleh penguasa Muslim dari Kashgaria, yaitu Baghra Khan beserta pasukannya, lalu menduduki Sin Kiang (Xin Jiang).
Dari uraian di atas dapat dilihat bagaimana hubungan atau interaksi antara dakwah Islam dengan tumbuhnya berbagai macam beladiri di kawasan Tiongkok sehingga terjadi pula Islamisasi beladiri. Sesuai dengan bahasa Urwun yang merupakan bahasa asalnya, Thifan Pokhan berarti "Kepalan Tangan Bangsawan Thifan". Melalui sejarah yang panjang, beladiri ini terus berkembang dengan berbagai macam pengaruh dari beladiri-beladiri yang ada saat itu, termasuk Shaolin Kungfu. Namun dalam perkembangan berikutnya, ilmu ini dikuasai oleh pendekar-pendekar Muslim.
Sampai pada suatu saat seorang bangsawan bernama Jen'an dari Suku Tayli yang pandai dalam ilmu Syara dan terkenal sebagai Ahund (ustadz atau guru) muda, menghimpun ilmu-ilmu beladiri itu di samping berguru kepada pendekar Namsuit serta orang-orang Wigu. Bersama para pendekar Muslim lain yang memiliki keahlian ilmu Gulat Mogul, Tatar, Saldsyuk, Silat Kitan Tayli, merekapun membentuk sebuah aliran bernama Shurul Khan. Dari Shurul Khan inilah terbentuk sembilan aliran yaitu aliran Naimanka, Kraiddsyu, Suyi, Syirugrul, Namsuit, Bahroiy, Tae Fatan, Orluq serta Payuq, yang kemudian digubah, ditambah, ditempa, dialurkan lalu dipilah, diteliti dan dikaji sebagai cikal bakal munculnya Thifan.
Asal-Usul Timbulnya Aliran Tsufuk
Aliran Tsufuk (Tikus Termenung) timbul akibat rasa tanggung jawab moril untuk memberikan yang terbaik kepada kaum muslimin dalam pengkajian beladiri Thifan Po Khan.
Menurut penulis tidak ada standar baku dalam metode pelatihan maupun pengajaran sehingga sering kali seorang pelatih tidak mempunyai konsep untuk melatih dan tidak dapat memberikan perbaikan-perbaikan kepada tamidnya karena tidak ada data untuk menganalisa kemajuan tamidnya dan cidera merupakan hal yang sering terjadi di dalam turgul akibat tidak diketahuinya konsep berturgul yang baik.
Hal lain yang mendasar adalah banyaknya hambatan untuk menyatukan konsep pelatihan maupun pengajaran akibat masing-masing pelatih merasa telah mampu menafsirkan dengan baik buku Thifan Po Khan, sehingga timbullah aliran-aliran baru yang pada akhirnya membingungkan para tamid, karena setiap tamid Thifan Po Khan akan bertanya-tanya jika bertemu dengan tamid lainnya yang berbeda pelatih karena berbedanya kajian yang diperolehnya.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas maka penulis menyusun satu aliran tersendiri yang mempunyai metode pelatihan yang telah diterapkan selama beberapa tahun serta mempunyai target yang dapat memberikan bukti nyata bagi keberhasilan tamid-tamidnya.
Pada dasarnya yang dipelajari di dalam Thifan Po Khan aliran Tsufuk yaitu apa yang terdapat di dalam buku Thifan Po Khan dan ditambah dengan permainan senjata seperti toya, pedang satu, pedang dua, samurai dan lain-lain. Mungkin yang membedakannya dengan aliran Thifan yang lain adalah mempunyai tahapan pelatihan yang jelas dan sistematis dan selalu mengamati perkembangan tamidnya melalui analisa data dalam laporan kemajuan setiap tamid (progress chart).
Berlatih beladiri harus dengan sistematika yang jelas karena jika tidak maka resiko terkena cidera sangat tinggi, untuk itulah diperlukan pembimbing yang mengerti tentang cara melatih yang baik dan benar dan merupakan tanggung jawab moril yang berat bagi seorang pembimbing karena seorang pembimbing harus dapat membuat para tamid terus-menerus mengalami kemajuan baik dari segi beladiri atau dari segi kesehatan fisik.
Jurus dan gerakan dasar Thifan Pokhan aliran Tsufuk ada sepuluh
1. Jurus Persiapan
2. Tingkat Dasar
3. Jurus Turaiyt
4. Jurus Bergulat
5. Tusyug (langkah)
6. Khimo
7. Jurus Konlut,
8. Fuen Lion
9. Tawgi Kotlu
10. Badur
Penjelasannya :
1. Jurus-jurus persiapan : diambil dari sepak tinju suku Wigu.
2. Tingkat Dasar : diambil dari gerakan campuran berbagai gerakan binatang dari cerita Pendekar Namsuit.
3. Jurus-jurus Turaiyt : diambil dari ilmu perkelahian Pendekar Mogul, Nana Fun.
4. Jurus-jurus Bergulat : diambil dari gerakan orang Turki, Tatar, Monsyu, Saldsyuk dan Kay suku Pantai.
5. Langkah (Tusyug) : diambil dari gerakan sebelas suku di daerah Thifan yaitu suku-suku selatan di China.
6. Khimo : diambil dari siasat suku Kitan, Tayli, Shourim, dan binatang.
7. Jurus-jurus Konlut : diambil dari gerakan unggas berkelahi, bertahan, dan lain-lain.
8. Fuen Lion : diambil dari gerakan berbagai jenis binatang cengkrik, ular, kelelawar, dan lain-lain.
9. Tawgi Kotlu : diambil dari gerakan binatang, pembelaan diri Tatar, Saldsyuk, China dan berbagai jenis Kungfu Purba Tezi dan Szanding.
10. Badur : diambil dari Aliran Tayakan Suku Mutang, Binatang Laut, Bentuk Bunga, Lilin, Selendang dari Tayli, Gerakan Suku Kitan, Mongol, Doghan dan China.
Seluruh gerakan itu diubah untuk melengkapi Shurul Khan. Selain ilmu tersebut di atas, dalam materi pelajaran beladiri ini juga diajarkan ilmu Awasin Al Kay dari Arab, tusuk jarum dari China, tusuk saraf dari Persia, dan lain-lain, juga permainan senjata seperti Toya, Shourim, Kungfu purba, permainan pedang Kurdi, permainan panah Mongol, permainan senjata Keway dari Anak Suku Wigu, serta ilmu Senzho yang merupakan gubahan berbagai suku. Karena itu Shurul Khan Thifan Po Khan termasuk aliran yang lengkap, karena segala aliran ada di dalamnya.
Seluruh gerakan itu diubah untuk melengkapi Shurul Khan. Selain ilmu tersebut, dalam materi pelajaran beladiri ini juga diajarkan ilmu Awasin Al Kay dari Arab, tusuk jarum dari Cina, tusuk saraf dari Persia, dan lain-lain. Juga permainan senjata seperti toya, Shourim, kungfu purba, permainan pedang Kurdi, permainan panah Mongol, permainan senjata Keway dari anak suku Wigu, serta ilmu Senzho yang merupakan gubahan berbagai suku.
Inti materi latihan Tsufuk Thifan Pokhan dibagi menjadi enam bagian,
Sentai (senam)
Tawe (jurus)
Tusyug (langkah)
Sikla (pasangan)
Khimo (tipuan)
Teknik Pernapasan Binatang Buas
Penjelasannya :
1. Sentai (Senam)
Senam merupakan latihan dasar yang penting, karena mendukung jurus-jurus lain yang diajarkan kemudian. Senam tersebut meliputi : senam kepala (leher), bahu, tangan, jari, perut, pinggang, dan kaki. Ketujuh komponen tubuh inilah yang mendukung seseorang dalam melakukan gerakan serangan maupun bertahan.
2. Tawe (jurus)
Jurus dibagi menjadi :
a. Teknik Jurus : Tangan kosong (teknik kepalan dan tangan terbuka yang terkumpul dalam 2028 jurus), serta permainan senjata (sekitar 20 jenis yang terkumpul dalam 5028 jurus)
b. Teknik penggunaan jurus. Semua anggota badan bisa dijadikan senjata seperti kepala, sikut, tangan, lutut, telapak kaki, dan sebagainya. Tangkisan bisa dilakukan dengan tangan dan kaki, sedangkan teknik serangan dibagi menjadi 5 macam :
1) menyerang dengan teknik merapat
2) memanfaatkan tenaga lawan
3) mengimbangi tenaga lawan
4) menggunakan jarak/jangkauan
5) menggunakan teknik bertubi-tubi
3. Tusyug (langkah)
Langkah kira-kira ada 164 macam cara melangkah yang intinya ada 5 cara, yaitu :
a. geser
b. patah
c. lompat
d. putar
e. pilin
4. Sikla (pasangan)
5. Khimo (tipuan)
Khimo dibagi menjadi 5 jenis
a. khimo langkah
b. sikla khimo
c. khimo yang berbentuk jurus
d. khimo tangkisan
e. khimo senjata
6. Teknik pernapasan binatang buas
Ada 12 tingkat jenjang latihan yang berlaku di Thifan Po Khan. Setiap tingkat memakan waktu sekitar satu tahun. Namun ada juga program khusus, tergantung pada kemajuan murid. Pada program ini waktu bisa lebih dipersingkat.
Aliran Tsufuk ini muncul karena ketika Thifan masuk ke Indonesia sistem pengajarannya belum baku sebab penyebarannya masih terbatas. Nama "tsufuk" sendiri diambil dari nama hewan sejenis tikus yang sedang mengintai lawan. Jenis tikus yang mempunyai berat sekitar 9 kg ini hanya hidup di Siberia.
Ada 12 tingkat jenjang latihan yang ada di Tsufuk Thifan Pokhan. Setiap tingkat memakan waktu sekitar satu tahun. Namun ada juga program khusus, tergantung pada kemajuan murid. Pada program ini waktu bisa lebih dipersingkat.
Salah satu ciri khas beladiri Thifan adalah teknik pembelaan diri yang selalu membiarkan lawan terlebih dahulu menyerang. Dengan demikian gerakan lawan dapat diamati, apakah mematikan atau tidak. Kemudian teknik yang digunakan lawan tersebut digunakan untuk balik menyerangnya. Untuk mencapai tahap kemampuan seperti tersebut ada dua hal pokok yang harus dimiliki, yaitu ketenangan dan kelincahan.
Ketenangan dapat dicapai jika dua unsur pokok dalam diri manusia dapat dipadukan dengan selaras, yaitu unsur Jasadiah yang terlatih dengan baik dan unsur Ruhiyah yang terbina dalam pemahaman aqidah yang shahih. Kelincahan didapat dengan melatih teknik-teknik yang ada dalam jurus-jurus Thifan secara tertib, disiplin dengan target sesuai dengan jenjang tingkatnya.
Tradisi yang diajarkan di lanah-lanah atau lembaga pesantren dengan doktrin Thifan diantaranya adalah :
Tidak menyekutukan Allah, tidak percaya pada takhayul, khurafat, dan tidak berbuat bid'ah dalam syara.
Berusaha amar ma'ruf nahi munkar (mengajak berbuat kebajikan dan melarang berbuat kemungkaran).
Bertindak teliti dan tekun mencari ilmu.
Tidak menganut asas ashobiah (kesukuan, kelompok).
Tidak menggunakan lambang-lambang, upacara-upacara dan penghormatan-penghormatan yang menyalahi syara.
Pada masa Sultan Malik Muzafar Syah dari Kerajaan Lamuri yang hidup sekitar abad ke-16 didatangkan pelatih-pelatih beladiri dari Turki Timur yang kemudian disebarkan ke kalangan para bangsawan di Sumatera (dapat dilihat dalam kisah raja-raja Lamuri / raja Pasai). Pada sekitar abad ke-18, Tuanku Rao dan kawan-kawan mengembangkan ilmu ini ke daerah Tapanuli Selatan dan Minang, hingga ke Sumatera Bagian Timur dan Riau yang berpusat di Batang Uyun / Merbau. Kemudian sekitar tahun 1900-an ilmu ini dibawa oleh Tuanku Haji (Hang) Uding yang menyebarkannya ke daerah Betawi dan sekitarnya. Beladiri khas ini pun disebarkan oleh orang-orang Tartar ke pulau Jawa sambil berdagang kain. Sedangkan di luar pulau Jawa lainnya, ilmu beladiri ini disebarkan oleh pendekar-pendekar lainnya sampai ke Malaysia dan Thailand Selatan (Patani).
Karena besarnya animo kaum Muslimin untuk mempelajari beladiri Thifan Pokhan, maka aliran Tsufuk membuat sistem pengajaran yang baku tanpa meninggalkan kaedah-kaedah Thifan Pokhan yang benar. Di Indonesia, beladiri ini tidak berafiliasi dengan beladiri lain yang terdaftar di KONI. Dalam tiga kali pertandingan ekshibisi intern, Thifan Pokhan menggunakan peraturan sendiri. Sebenarnya KONI telah menganjurkan agar Thifan berafiliasi dengan salah satu beladiri seperti Wushu atau Pencak Silat, namun karena alasan tekniknya berbeda dengan beladiri lain maka hingga sekarang hifan Pokhan masih berdiri sendiri. Aliran Tsufuk Thifan Pokhan juga mempunyai murid wanita yang berbeda baju seragam maupun jurus-jurusnya dan diberi nama Puteri Gading.
Istilah-istilah :
Shuku: Guru
Suheng: kakak seperguruan sbg pelatih di suatu lanah (mirip sebutan Sabum di taekwondo)
Syufu: Syufu Taesyukhan, aliran beladiri khusus muslim, sejenis kungfu, serumpun dgn Thifan Pokhan
Lanah: Unit tempat latihan (asal kata dari Bhs Arab, lajnah - mirip sebutan Dojo di karate)
Tamid: Murid Thifan dan Syufu taesyukhan
Dari berbagai sumber.
Sumber : KUNGFU MUSLIM THIFAN POKHAN TSUFUK
Karya Ust. Habib Thifan Tsufuk