Senin, 20 Juni 2011

Pelajaran dari sebuah Perkelahian


“The Real Fighter Is Not Fight….”
Seorang petarung sejati, setidaknya menurut saya, bukanlah orang yang selalu menyelesaikan setiap masalah dengan otot. Seorang petarung sejati adalah orang yang selalu mencegah adanya pertarungan. Bagi dia bertarung atau berkelahi adalah jalan terakhir. Karena dia berprinsip sebanyak apa pun jurus yang dikuasai tidak akan menyelesaikan masalah jika tidak dibarengi dengan akhlak yang baik. Bahkan dia yakin perkelahian justru cenderung akan mengundang simpul masalah baru yang jauh lebih pelik jika tidak dipertimbangkan dengan matang.

Namun terlepas dari positif atau negatifnya hal tersebut ternyata banyak sekali pelajaran yang dapat diambil dari sebuah perkelahian. Beberapa diantaranya yaitu,

                Pertama, jika kita berkelahi pastikan kita yakin bahwa kita akan menjadi pemenang. Konsep ini mengajarkan kita untuk selalu optimis. Dalam perkelahian sangat tidak dibenarkan takut kepada lawan. Sebab orang yang takut kepada lawan hampir dipastikan akan kalah. Seluruh organ tubuhnya tidak akan refleks menaklukan serangan lawan. Apalagi melakukan serangan kepada lawan.
                Dalam hidup ini, seperti halnya dalam perkelahian, kita harus tetap yakin akan selalu menjadi seorang pemenang. Jangan pernah pesimis sedikit pun. Sudah banyak orang yang gagal karena ia tak pernah yakin bahwa dirinya mampu. Yang perlu diingat yakni Allah sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Jika kita berprasangka baik maka hasilnya pun tentu akan baik. Namun jika kita berprasanga buruk maka hasilnya bisa sebailknya.

Kedua, dalam berkelahi kuda-kuda adalah pondasi segalanya. Tanpa memiliki kuda-kuda yang kuat kita tak mungkin mampu melakukan pukulan, tendangan, bahkan elakan. Sebanyak apa pun jurus yang kita kuasai tidak akan berarti apa-apa jika kita tidak memiliki pondasi yang kuat.
Begitu pun dalam hidup ini. Kita harus memiliki landasan serta pondasi yang kuat dalam menjalani  roda kehidupan. Orang yang memiliki landasan berpijak yang benar cenderung jauh lebih siap dalam kondisi segenting apa pun. Ia akan tetap kokoh dalam mengarungi samudera kehidupan meskipun dihadapkan dengan berbagai macam rintangan dan tantangan.
Dalam hidup ini pondasi yang harus senantiasa dijadikan pijakan yaitu Kitaabullah dan sunnahnya, Al Qur’an dan Al Hadits. Tanpa keduanya seseorang akan mudah tersisihkan untuk keluar dari jalur yang sebenarnya. Orang yang berpijak pada Kitaabullah dan sunnahnya ibarat orang yang memiliki kuda-kuda yang kokoh.  Ia tidak akan  goyah meskipun banyak godaan yang menerpa. Sebab ia akan yakin bahwa seberat apa pun masalah yang dihadapi pasti memiliki jalan keluar.

Ketiga, fokus. Yang perlu diperhatikan dalam setiap perkelahian yaitu pastikan mata kita tetap fokus melihat gerakan lawan. Tujukan pandangan kita kepada mata lawan. Jangan pernah terkecoh oleh sebanyak apapun serangan yang dilayangkan. Pastikan kita tetap fokus melihat ke depan, terutama pada bagian mata dan bahu lawan. Hal ini dikarenakan mata merupakan titik pusat mental lawan dan bahu adalah awal dari sebuah pukulan.
Begitu banyak ‘serangan’ yang kita hadapi dalam hidup ini. Tidak hanya serangan yang berupa kepahitan, serangan yang berupa kesenangan pun tak jarang menghampiri kita. Ketika kita sedang mengejar sebuah cita-cita misalnya, begitu banyak hal-hal positif menggiurkan yang  cenderung membuat kita tidak fokus dalam menggapai cita-cita tersebut. Tidak jarang banyak orang yang gagal meraih cita-citanya hanya gara-gara ia mengerjakan terlalu banyak pekerjaan hingga pada akhirnya tidak ada satu pekerjaan pun yang menjadi spesialisasinya. Tidak ada satu keahlian pun yang menjadi keunggulan dirinya. Pastikan tenaga, pikiran, dan tindakan kita selalu fokus pada visi hidup yang sudah kita tetapkan. 

Keempat, pastikan kita tetap tenang agar serangan yang kita lakukan tetap terkontrol. Pastikan kita masih ‘sadar’. Seberapa cepat pun gerakan yang kita lakukan kita harus tetap tenang dan tidak emosional. Banyak orang yang kalah dalam pertarungan diakibatkan oleh ketidaksadaran dan ketidaktenangan emosi yang dia miliki.
Begitu pun dalam hidup ini. Sebanyak apa pun kesibukan kita pastikan diri kita masih tetap terkontrol. Pastikan kita masih “connect” dengan sang Maha Pemilik kehidupan, Allah swt. Betapa tidak, orang yang dalam hidupnya tergesa-gesa dan tidak meminta pertolongan kepada Allah cenderung akan bekerja tidak efektif. Lain halnya dengan orang yang sembari “mengkoneksikan” dirinya dengan Allah, selain ia akan dihadiahi berupa ketenangan juga setiap episode kehidupannya dituntun oleh Allah swt.

Kelima, seringlah berkelahi karena seorang preman yang sangat mahir berkelahi kebanyakan tidak dilahirkan dari sebuah klub ilmu bela diri melainkan dilahirkan dari pertarungan jalanan.
Orang yang tampak tenang jika dihadapkan dengan masalah yang tampak rumit hampir dipastikan ia telah banyak dihadapkan dengan berbagai macam masalah dalam kehidupannya. Seperti halnya sebuah kelapa. Perlu proses yang sangat panjang untuk mengeluarkan sari pati dari buah kelapa. Dari mulai dijatuhkan, dikupas secara paksa, dicongkel dari batoknya, diparut, hingga diperas.
Dalam hidup ini pun jika kita ingin menjadi orang yang sukses atau seorang petarung sejati maka hadapilah berbagai permasalahan yang mampir dihadapan kita. Lalu kita coba pecahkan dengan tidak mengeluh sedikit pun. Semakin sering kita menghadapi permasalahan maka kita pun akan semakin tenang dalam memecahkannya.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

saya setuju dengan apa yang anda paparkan. terima kasih atas pencerahannya. malam ini, hampir saja saya berkelahi dengan seseorang di jalanan karena masalah sepele. syukurlah, tidak ada sesuatu hal yang buruk terjadi. tapi, setelah sampai di rumah, dada ini masih saja bergemuruh.

ah... setelah melihat tulisan anda, saya menjadi lebih tenang. justru saya yang merasa bersalah karena menjadi penyebab konflik tadi. sekali lagi, saya ucapkan terima kasih.

Posting Komentar